Langsung ke konten utama

DOA


1
Ya Tuhanku
Di hadapan-MU aku tertunduk merunduk
Berbisik di dalam kesunyian
Bergumul di dalam keheningan.......

2
Ya Tuhanku
Hatiku menilik ke dalam ruang waktu
Pikiranku melekatkan peristiwa demi peristiwa
Setiap bagian tulisan tangan-MU.......

3
Ya Tuhanku
Kau dan aku tahu
Tangan-MU membentuk
Aku remuk.......

4
Ya Tuhanku
Kau dan aku tahu
Tangan-MU membalut
Luka demi luka tak luput.......

5
Ya Tuhanku
Di hadapan-MU aku telanjang
Tak satu pun penghalang
Tubuh jiwa rohku Kau pandang.......

6
Ya Tuhanku
Tak bisa kubersembunyi
Ke mana aku berlari
Di sana Kau tlah menanti.......

7
Ya Tuhanku
Perhentianku pada-MU
Syukur di ujung bibirku
Harap di lubuk hatiku
Dan tangis di sudut mataku.......

8
Ya Tuhanku
Aku haru kan kasih pengorbanan-MU
Darah-Mu tercurah ganti dosaku
Hanya demi aku
Demi debu yang akan kembali menjadi debu.......

9
Ya Tuhanku
Kau hadir tepat waktu
Dalam kesendirianku
Dalam kesesakanku
Dalam sukacitaku.......

Ya Tuhanku
Tak cukup segala rangkaian kata tuk merangkum diri-MU
Pun bumi yang besar ini hanya tumpuan kaki-MU
Namun kau selalu ada di dalam tiga huruf di benakku
Doaku pada-MU

(Tuhan itu sangat besar karena Dialah pencipta galaksi dan bintang-bintang,
 tetapi Dia juga cukup kecil untuk bisa masuk ke dalam hatimu. *wink*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATILAH RASA

Istirahlah dalam kesunyian hai jiwaku Engkau dalam ikatan benang-benang takdir Sekali lagi bercakap di dalam hatiku Aku mabuk dalam mimpi-mimpimu Lupa akan segala rasa sakit dan pahit Sekali lagi membangkitkan amuk api Istirahlah dalam kesunyian hai jiwaku Engkau dalam ikatan benang-benang takdir Takkan terlepas terhempas selamanya Matikan rasa jiwaku Lepaskan aku dari apimu Matilah engkau!

Catatan Seorang Mahasiswa Farmasi

Masa PPK: Perlahan aku menjejaki kampus pagi ini Mencari-cari ruang PPK fakultas farmasi Aku menarik nafas dalam-dalam Aku sadar kini aku seorang mahasiswa Ya! Aku bukan lagi siswa biasa! Berlalu sudah masa abu-abu putih Tapi aku tak boleh berhenti belajar berlatih Demi cita-cita Demi memanusiakan manusiaku Mereka bilang aku seorang pelarian Dari rangkulan dokter ke pelukan apoteker Biar mereka mengejek mencaci Dan berlalu bersama kekecewaan pergi Aku mengukir kata ini di dadaku: FARMASI Ya! Aku memilihmu! Aku tak akan lari Selama Si DO tak menghampiri Masa kuliah: Kau tahu? Aku berusaha tidak terkejut dan takut Saat membaca ISO, HPE, Farmakope, Martindale Saat memegang kodok, kelinci, tikus, dan cindil Aku berusaha menepis rasa sulit Saat menghafal nama-nama parasit Saat mengerjakan laporan likuid dan solid Kau tahu? Aku berusaha tidak KO Sebelum aku benar-benar mengerti KO Aku selalu berusaha menghilangkan rasa stress Tanpa aku harus mengkonsumsi SS Kau tahu? Aku berusa

Ayah Bukan Malaikat

Aku melihat bayangannya yang sudah separuh menghilang tenggelam dalam pekat. Ingin aku menahannya namun aku tidak kuasa. Dia telah menjauh. Ujung mantel panjangnya yang hitam berkibar diterpa angin. Mengibas-ibas pikiranku tanpa arah. Namun dia tak peduli dan terus melangkah hingga akhirnya ia benar-benar ditelan oleh malam. “Menemui orang itu lagi?” Sebaris pertanyaan itu menyambut aku yang baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu. Aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu dan langsung duduk di atas kursi sofa. Kuletakkan tas ransel besar yang membebani pundakku sedari tadi. Dengan segera terdengar derap langkah yang menghampiriku. “Kenapa kamu selalu tidak pernah menjawab pertanyaan Ibu?” Aku memalingkan muka, berusaha tidak memandang wajah wanita yang matanya melotot ini. Sudah selayaknya aku tidak ikut terbawa emosi negatif dari wanita ini. Semenit kemudian wanita ini telah menyerah untuk mendesak aku menjawab pertanyaannya. Tampaknya ia menyadari kesalahan besar yang d